Blackberry Curve 9330 Murah Rp 400 Ribu Di PRJ

Blackberry Curve 9330 Murah Rp 400 Ribu Di PRJ - Smartphone Blackberry murah berharga Rp 400 ribu dijual di arena PRJ (Pekan Raya Jakarta). Adapun untuk tipe Blackberry seharga 400 ribuan ini dimulai dari tipr Pearl 8130, Curve 9330 hingga Curve 8530.

Sita, salah satu penjaga stand mengatakan bahwa, Blackberry ini mengoperasikan kartu SIM Card jenis CDMA yang bekerjasama dengan Esia.
"Ini bundling dengan esia makanya enggak bisa dipakai BBM (Blackberry Messenger) dengan nomor CDMA lain ," ujar Sita di PRJ, Jakarta (16/6/2012)

Harga Blackberry CDMA ini lebih murah Rp 200 ribu dibandingkan dengan harga sebelumnya. Jika dulu harganya Rp 1,1 juta maka menjadi Rp 999 ribu (Curve 9330) dan jika Rp 899 ribu menjadi 799 ribu (Curve 8530). Sedangkan BB Pearl 8130 dijual dengan harga Rp 499 ribu.

Blackberry CDMA ini juga akan didiskon sebesar Rp 65 ribu per bulan atau lebih murah dibandingkan paket biasa yang harganya mencapai Rp 99 ribu per bulan.

"Paket full ini sudah bisa dinikmati selama tiga bulan atau diluar aplikasi download youtube," kata Sita.

Sebagai informasi, Blackberry ini ditawarkan untuk persediaan terbatas dan berlaku pada masa 15 Juni-15 Juli 2012.
SMS Gratis Antaroperator Tidak Ada Lagi - SMS gratis antaroperator kini tak ada lagi. Pengaturan tersebut mulai berlaku Jumat (1/6/2012). Kementerian Komunikasi dan Informatika kini menerapkan interkoneksi SMS berbasis biaya yang dinilai lebih adil bagi operator dan menguntungkan masyarakat.

Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Gatot S Dewa Broto, menyampaikan, penerapan kebijakan interkoneksi berbasis biaya pada SMS ini menyusul layanan telekomunikasi berbasis suara berdasarkan Peraturan Menteri Kominfo Nomor 8 Tahun 2006 tentang Interkoneksi yang telah berlaku sejak April 2008.

Gatot menerangkan, layanan SMS antaroperator berdasarkan skema sender keep all (SKA) yang berlaku selama ini dinilai tidak adil. Keuntungan hanya dinikmati operator pengirim SMS, sedangkan operator penerima tidak mendapatkan keuntungan dan hanya kebanjiran lalu lintas SMS. Padahal, penggunaan jaringan membutuhkan biaya operasional.

”Bayangkan, dalam sehari saja terdapat sekitar 400-500 juta SMS per operator. Lalu lintas SMS yang padat ini bisa mengganggu kualitas jaringan,” ujar Gatot.

Sejumlah oknum yang tidak bertanggung jawab juga biasanya memanfaatkan layanan SMS gratis ini untuk mengirimkan SMS spam, penipuan, atau promo kepada konsumen.

Menurut Gatot, dengan SMS berbasis biaya ini, operator penerima SMS akan mendapat Rp 23 per SMS. Angka Rp 23 per SMS ini merupakan hasil perhitungan biaya interkoneksi SMS tahun 2010 yang dilakukan konsultan independen.

Harapannya, tercipta keadilan pada penyelenggara layanan SMS. Operator penerima SMS juga mendapatkan keuntungan dari tarif SMS.

Selain memberikan keadilan bagi operator, SMS berbasis biaya ini juga dinilai memberikan keuntungan bagi konsumen. Keuntungan yang akan dinikmati masyarakat dari SMS berbasis biaya ini adalah kualitas jaringan yang bagus.

Di samping itu, jumlah SMS spam, penipuan, atau promo yang tidak dikehendaki juga akan berkurang. ”Kami berharap jumlah SMS spam akan jauh berkurang setelah SMS berbasis biaya ini berlaku,” kata Gatot.

Meski demikian, Gatot menegaskan, penerapan interkoneksi SMS berbasis biaya ini bukan berarti pemerintah menaikkan tarif ritel SMS. Pemerintah tidak berwenang mengatur tarif ritel SMS. Operatorlah yang menetapkan tarifnya sendiri berdasarkan skema SMS berbasis biaya ini.

Kepala Divisi Komunikasi Perusahaan Telkomsel Ricardo Indra menilai, penerapan SMS berbasis biaya ini merupakan sesuatu yang wajar dalam bisnis.

”Ketika ada SMS keluar dari alat produksi kami ke alat produksi operator lain wajar, kan, kalau dikenakan biaya,” katanya.

Indra menilai, kebijakan SMS berbasis biaya ini diyakini telah dipertimbangkan masak-masak sehingga akan menguntungkan semua pihak.

Operator mematuhi

Manager Public Relation XL Axiata Henry Wijayanto mengatakan, pada prinsipnya operator akan mematuhi kebijakan yang ditentukan pemerintah. ”Kami juga telah mempersiapkan diri untuk memenuhi kebijakan itu,” ujarnya.

Pemerintah mulai Jumat ini memang mulai memberlakukan aturan baru skema interkoneksi SMS, yang sebelumnya SKA menjadi berbasis biaya.

Pemerintah telah mengumumkan rencana untuk mengubah skema menjadi berbasis biaya sejak 11 Desember 2011. Maka, sebenarnya ada waktu lebih dari lima bulan untuk mempersiapkan diri menghadapi regulasi baru.

Dahulu, skema SKA diambil dengan pertimbangan bahwa lalu lintas SMS antaroperator akan berimbang karena pelanggan akan saling mengirimkan SMS. Namun, ternyata ada operator tertentu yang terganggu oleh lalu lintas SMS yang terlalu besar. (*)

Sumber : Tribun News